Ikuti Kajian Islam KWPSI
Setiap Rabu, Pk.21.00-23.00

Live di FB KWPSI

Ustadz Masrul Aidi Ajak Jaga Jarak dengan Maksiat Agar Jauh dari Bencana


Ustadz Masrul Aidi Lc, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot Keu'eung Kuta Baro Aceh Besar
Ustadz Masrul Aidi Lc, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot Keu'eung Kuta Baro Aceh Besar


Menyikapi wabah penyakit dan bencana yang sedang berlangsung saat ini dianjurkan untuk kembali ke Alquran. 

Sebagaimana ini disampaikan Rasulullah SAW untuk memberikan peringatan. Ingatkanlah dengan berulang ulang karena mengingatkan berulang bermanfaat bagi orang Islam. Ini demi mengarahkan kita kepada hidayah.

Begitu juga halnya yang mengikuti pengajian walaupun di masa pandemi covid-19, para kuli tinta termasuk para ulama yang menulis dan menyampaikan ilmu.

Demikian antara lain disampaikan Ustadz Masrul Aidi Lc, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot Keu'eung, Kuta Baro Aceh Besar, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Rabu malam (20/01/2021) di Aula Seramoe Jurnalis Aceh, Kantor PWI Simpang Lima Banda Aceh.

"Kita berjuang dengan kapasitas yang tinggi dan kemampuan yang dimiliki. Beberapa tahun saya diundang di BPBA, ikut diskusi tentang bencana. Banyak yang lain bicara fisik dalam menanggapi bencana di Aceh. Ketika saya diberi kesempatan lalu saya menyampaikan tentang SOP kebencanaan dengan mencari keridhaan dan mengurangi kemaksiatan," ujarnya.

Dikatakannya, ada sebagian menghindari bencana dan kemaksiatan dengan pola pola pikir di negeri. Kebanyakan masyarakat menganggap tidak ada kaitan bencana dengan kemaksiatan. Padahal ini jelas, ada kaitan antara maksiat dan kebencanaan yang terjadi.

Belum ada lembaga yang menyuruh menjaga jarak di tempat kemaksiatan. 

"Tugas saya hanya menyampaikan. Coba kita lihat kalau orang buat maksiat di Pantai Ulee Lheue disuruh jaga jarak sehingga maksiat itu tidak akan terjadi," ungkapnya lagi.

Namun, kalau lihat saat ini sangat terbalik. Orang yang melakukan kebaikan dan melaksanakan salat di masjid dibuat jaga jarak satu meter malah lebih.

Diceritakannya, suatu hari, Rasulullah pernah menyuruh karantina bila terjadi wabah. Begitu juga kita dilarang masuk dan keluar bila suatu daerah sedang ada wabah.

"Di Indonesia dan Aceh ketika wabah belum masuk ke negara kita tidak duluan dilarang. Namun setelah terjadi wabah baru dilakukan lockdown," paparnya.

Sambungnya, bagaimana penerbangan tidak ditutup, namun ditutup setelah terjangkit wabah di negara kita. Masjid ditutup duluan. Padahal masuk masjid ambil wudhu'. Masjid bisa jadi tempat evakuasi dan tempat singgah. 

"Dalam Islam dianjurkan kita untuk ikhtiar. Artinya usaha lebih baik di antara pilihan lain. Ikhtiar agama kita tidak diterima dengan baik. Ada tindakan yang salah dari kita karena tidak melibatkan Allah setiap kejadian yang ada," kata Ustadz Masrul Aidi.

Pertanyaannya apakah ada kematian yang ada itu tidak diketahui oleh Allah. "Itu tidak mungkin. Bunga dan daun saja yang jatuh diketahui Allah," ungkap ulama muda ini.

Dikatakannya, lalau kata bunuh sudah pasti membunuhmu. Inilah pemahaman yang beda. Seperti iklan rokok membunuhmu. Kadang disalah pahami yang merokok tidak mematikan. Padahal jelas ditulis membunuhmu.

Lanjutnya lagi, salat di rumah karena pandemi covid-19 ada yang disalahkan dan dianggap tidak sah, inilah karena pemahaman untuk disampaikan secara komprehensif kepada masyarakat.

"Menguap saja dianjurkan untuk tutup mulut. Sekarang mau tutup dengan tangan dan ditutup dengan siku. Ketika ditutup siku dianggap bisa menular dan sekarang dibolehkan dengan kepala tangan untuk salaman," jelasnya lagi.

Sekarang harus jaga jarak, kadang dengan isteri kita terpaksa jaga jarak juga. Sekarang kalau kita lihat bisa hilang akal sehat dan akidah selama pandemi covid-19.

Ditambahkannya, tradisi sedekah bila diterapkan oleh masyarakat, terutama makanan itu dibagi bagikan. Sehingga makanan selalu ada masyarakat dengan adanya sedekah makanan.

"Tahap vaksinasi sudah memfatwakan halal tidak ada masalah. Tingkat masyarakat jangan takut, namun masih sedih karena ini masih ada pejabat yang mengeluarkan statemen tidak mau divaksin," tegasnya.

Ia menilai kepercayaan sudah kurang terhadap pemerintah. Sehingga masyarakat tidak mau mengikuti apa yang disampaikan dan dijalani oleh pemimpin.

Nabi tidak akan mengunjungi orang yang sakit apabila sudah lebih tiga hari. Hal ini untuk membuat si pasien bisa istirahat apalagi baru pulang dari rumah sakit.

"Pemerintah bagaimana harus patuh kepada ulama. Sehingga masyarakat juga akan patuh. Kalau ada kritikan kepada pemerintah bukan karena benci akan tetapi memberikan masukan dan balasan yang baik dari Allah," tutupnya.

Di akhir pengajian, Ustadz Masrul Aidi juga menyinggung tentang, kebatilan di suatu tempat tidak akan menang kecuali diamnya orang-orang baik.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.