Teladani Rasulullah dengan Menjadi Generasi Qurani
KWPSI.ORG -- Generasi Qur'ani adalah generasi yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran Al-Quran, membaca, menghafal dan memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada. Dengan Al-Quran ini juga Rasulullah berhasil mencetak sebuah umat yang kuat aqidahnya, benar ibadahnya, dan bagus akhlaknya serta tinggi peradabannya. Inilah generasi qur'ani.
Karenanya, jatuh bangunnya atau maju mundurnya umat Islam sangat tergantung dari pada jauh dekatnya umat dengan kitab sucinya, Al-Quran. Jika umat Islam benar-benar menjadikan Qur'an sebagai pedoman hidupnya niscaya umat akan maju, cerdas, jaya dan sejahtera. Karena Al-Qur'an akan menuntunnya untuk selamat dan sukses di dunia dan akhirat.
Sebaliknya jika umat Islam jauh dari pedoman hidupnya maka kemunduranlah yang akan dialami. Bahkan hidupnya di dunia akan sempit dan sengsara di akhirat akan dikumpulkan dalam keadaan buta.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz Hajarul Akbar Alhafiz, MA, Pimpinan Dayah Darul Quran Aceh (DQA), Samahani, Aceh Besar, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), Rabu (21/11) malam.
"Upaya untuk membuat umat ini kembali berjaya, tidak ada jalan lain kecuali mengembalikan umat Islam kepada pedoman hidupnya yakni Al-Quran. Upaya ini harus kita galakkan dan terus lakukan kepada semua umat Islam dan terutama kepada generasi mudanya untuk menjadi generasi qur'ani, peringatan maulid Nabi Muhammad saat ini bisa menjadi momentum," ujar Hajarul Akbar yang juga Dosen UIN Ar-Raniry ini.
Generasi Qur'ani di zaman Rasulullah adalah generasi yang mengambil Al-Qur'an sebagai sumber utama kehidupannya. Sekaligus juga menjadi ukuran dan dasar berpikir mereka. Padahal bukan berarti ketika itu manusia tidak memiliki peradaban di bidang pengetahuan dan kebudayaan sama sekali. Malah saat itu peradaban Romawi beserta Persia sedang berada dalam masa-masa puncak kejayaannya.
Akan tetapi, Rasulullah membatasi genarasi pertama ini dari segala peradaban dan pemikiran yang telah ada pada waktu itu, padahal telah sedemikian maju? Itu karena beliau ingin membentuk generasi baru yang benar-benar hidup di bawah naungan Al-Qur'an. Tidak terkontaminasi sama sekali dengan pola pikir bangsa Romawi yang merupakan induk dari budaya materialisme. Juga bersih dari pengaruh budaya-budaya lainnya di sekitar jazirah Arab, seperti Persia, India, Yunani, serta Cina.
Mustahil Islam dapat menjelma menjadi sebuah peradaban baru, lepas dari pengaruh kebudayaan lainnya tanpa adanya sebuah manhaj baru yang mampu membebaskan umat manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap sesama makhluk. Rasulullah hendak membangun generasi yang dapat menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia, dan itu berlandaskan nilai-nilai kemuliaan yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Betapa generasi hasil didikan Rasulullah tetap mampu menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Peradaban Islam yang dimotori generasi para sahabat ini mampu membentangkan sayap dakwah, mulai dari Andalusia, Maghribi, Mesir, Asia Tengah, hingga India. Semua berada dalam satu pemerintahan Islam, satu kejayaan yang jauh lebih besar dibanding peradaban pendahulunya, Romawi maupun Persia.
"Dalam waktu yang sangat singkat, 23 tahun yaitu 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Rasulullah mencetak mereka sebagai generasi yang Allah Ridha dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Para sahabat merupakan "Al-Quran yang berjalan" karena senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Jika Al-Quran melarang mereka, segera mereka tinggalkan sebaliknya jika Al-Quran memerintahkan mereka, segera mereka melaksanakan," ungkap Hajarul yang baru-baru ini mewakili Indonesia ke MTQ tingkat Internasional XIV untuk cabang Hafiz 30 juz di Casablanca, Maroko.
Ia menambahkan, perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi serta industri yang begitu hebat telah membuat tantangan hidup semakin berat. Perubahan zaman pun sangat berdampak pada perilaku dan akhlak generasi penerus umat di masa depan.
Pengaruh budaya asing yang negatif dengan mudah masuk dan diserap anak-anak. Tak heran, jika sebagian besar orangtua merasa khawatir masa depan anak-anaknya.
Fenomena seperti itu, sesungguhnya telah diprediksi Rasulullah sekitar 14 abad silam. Karenanya, Rasulullah SAW di akhir hayatnya berpesan kepada umatnya: "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Alquran) dan Sunah Rasulullah SAW".
Jika merujuk pada pesan Rasulullah, para orangtua sesungguhnya tak perlu khawatir dengan perkembangan dan perubahan zaman yang terjadi saat ini. Kuncinya, para orangtua membekali putra-putri mereka dengan Al-Quran.
Menurut Ustaz Hajarul, sangat penting bagi para orangtua membekali anak-anaknya dengan Al-Quran. Jika telah dibekali dengan Al-Quran dan yang kuat, maka seorang anak akan mampu menghadapi ujian hidup dimana pun berada.
Bagaimanapun dahsyatnya pengaruh barat untuk merusak generasi Islam, tidak akan terpengaruh disebabkan karena Al-Qur'an menjadi pegangannya yang selalu dibaca, dihafal dan diamalkan. Jauh dari pikiran Sekulerisme, Liberalisme, Pluralisme, Komunisme, bahkan Materialisme.
"Maka sudah seharusnya kita berlomba-lomba mencetak generasi yang mampu meniti jalan gelap dunia dengan pedoman yang terang-benderang menuju ridha Allah yaitu Al-Quran, mengejar dan mendalaminya adalah benar dan tepat. Berlomba mencetak tunas muda dengan Al-Quran sebagai akhlak mereka, sebagai ideologi mereka, sebagai shiraat (jalan) yang harus ditempuh adalah kebutuhan dan tanggung jawab. Itulah generasi yang kita sebut Generasi Qurani. Tuturnya lebih banyak bersenandung ayat, bacaannya fasih mengikuti kaidah tajwid. Tak sekadar baca, tapi banyak serta rutin. Akhlak dan tingkah laku hidupnya adalah cerminan dari Al-Quran baik berupa perintah maupun larangan. Ahli Al-Quran inilah yang menjadi keluarga Allah di muka bumi," pungkasnya.
Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada. Dengan Al-Quran ini juga Rasulullah berhasil mencetak sebuah umat yang kuat aqidahnya, benar ibadahnya, dan bagus akhlaknya serta tinggi peradabannya. Inilah generasi qur'ani.
Karenanya, jatuh bangunnya atau maju mundurnya umat Islam sangat tergantung dari pada jauh dekatnya umat dengan kitab sucinya, Al-Quran. Jika umat Islam benar-benar menjadikan Qur'an sebagai pedoman hidupnya niscaya umat akan maju, cerdas, jaya dan sejahtera. Karena Al-Qur'an akan menuntunnya untuk selamat dan sukses di dunia dan akhirat.
Sebaliknya jika umat Islam jauh dari pedoman hidupnya maka kemunduranlah yang akan dialami. Bahkan hidupnya di dunia akan sempit dan sengsara di akhirat akan dikumpulkan dalam keadaan buta.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz Hajarul Akbar Alhafiz, MA, Pimpinan Dayah Darul Quran Aceh (DQA), Samahani, Aceh Besar, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), Rabu (21/11) malam.
"Upaya untuk membuat umat ini kembali berjaya, tidak ada jalan lain kecuali mengembalikan umat Islam kepada pedoman hidupnya yakni Al-Quran. Upaya ini harus kita galakkan dan terus lakukan kepada semua umat Islam dan terutama kepada generasi mudanya untuk menjadi generasi qur'ani, peringatan maulid Nabi Muhammad saat ini bisa menjadi momentum," ujar Hajarul Akbar yang juga Dosen UIN Ar-Raniry ini.
Generasi Qur'ani di zaman Rasulullah adalah generasi yang mengambil Al-Qur'an sebagai sumber utama kehidupannya. Sekaligus juga menjadi ukuran dan dasar berpikir mereka. Padahal bukan berarti ketika itu manusia tidak memiliki peradaban di bidang pengetahuan dan kebudayaan sama sekali. Malah saat itu peradaban Romawi beserta Persia sedang berada dalam masa-masa puncak kejayaannya.
Akan tetapi, Rasulullah membatasi genarasi pertama ini dari segala peradaban dan pemikiran yang telah ada pada waktu itu, padahal telah sedemikian maju? Itu karena beliau ingin membentuk generasi baru yang benar-benar hidup di bawah naungan Al-Qur'an. Tidak terkontaminasi sama sekali dengan pola pikir bangsa Romawi yang merupakan induk dari budaya materialisme. Juga bersih dari pengaruh budaya-budaya lainnya di sekitar jazirah Arab, seperti Persia, India, Yunani, serta Cina.
Mustahil Islam dapat menjelma menjadi sebuah peradaban baru, lepas dari pengaruh kebudayaan lainnya tanpa adanya sebuah manhaj baru yang mampu membebaskan umat manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap sesama makhluk. Rasulullah hendak membangun generasi yang dapat menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia, dan itu berlandaskan nilai-nilai kemuliaan yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Betapa generasi hasil didikan Rasulullah tetap mampu menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Peradaban Islam yang dimotori generasi para sahabat ini mampu membentangkan sayap dakwah, mulai dari Andalusia, Maghribi, Mesir, Asia Tengah, hingga India. Semua berada dalam satu pemerintahan Islam, satu kejayaan yang jauh lebih besar dibanding peradaban pendahulunya, Romawi maupun Persia.
"Dalam waktu yang sangat singkat, 23 tahun yaitu 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Rasulullah mencetak mereka sebagai generasi yang Allah Ridha dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Para sahabat merupakan "Al-Quran yang berjalan" karena senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Jika Al-Quran melarang mereka, segera mereka tinggalkan sebaliknya jika Al-Quran memerintahkan mereka, segera mereka melaksanakan," ungkap Hajarul yang baru-baru ini mewakili Indonesia ke MTQ tingkat Internasional XIV untuk cabang Hafiz 30 juz di Casablanca, Maroko.
Ia menambahkan, perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi serta industri yang begitu hebat telah membuat tantangan hidup semakin berat. Perubahan zaman pun sangat berdampak pada perilaku dan akhlak generasi penerus umat di masa depan.
Pengaruh budaya asing yang negatif dengan mudah masuk dan diserap anak-anak. Tak heran, jika sebagian besar orangtua merasa khawatir masa depan anak-anaknya.
Fenomena seperti itu, sesungguhnya telah diprediksi Rasulullah sekitar 14 abad silam. Karenanya, Rasulullah SAW di akhir hayatnya berpesan kepada umatnya: "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Alquran) dan Sunah Rasulullah SAW".
Jika merujuk pada pesan Rasulullah, para orangtua sesungguhnya tak perlu khawatir dengan perkembangan dan perubahan zaman yang terjadi saat ini. Kuncinya, para orangtua membekali putra-putri mereka dengan Al-Quran.
Menurut Ustaz Hajarul, sangat penting bagi para orangtua membekali anak-anaknya dengan Al-Quran. Jika telah dibekali dengan Al-Quran dan yang kuat, maka seorang anak akan mampu menghadapi ujian hidup dimana pun berada.
Bagaimanapun dahsyatnya pengaruh barat untuk merusak generasi Islam, tidak akan terpengaruh disebabkan karena Al-Qur'an menjadi pegangannya yang selalu dibaca, dihafal dan diamalkan. Jauh dari pikiran Sekulerisme, Liberalisme, Pluralisme, Komunisme, bahkan Materialisme.
"Maka sudah seharusnya kita berlomba-lomba mencetak generasi yang mampu meniti jalan gelap dunia dengan pedoman yang terang-benderang menuju ridha Allah yaitu Al-Quran, mengejar dan mendalaminya adalah benar dan tepat. Berlomba mencetak tunas muda dengan Al-Quran sebagai akhlak mereka, sebagai ideologi mereka, sebagai shiraat (jalan) yang harus ditempuh adalah kebutuhan dan tanggung jawab. Itulah generasi yang kita sebut Generasi Qurani. Tuturnya lebih banyak bersenandung ayat, bacaannya fasih mengikuti kaidah tajwid. Tak sekadar baca, tapi banyak serta rutin. Akhlak dan tingkah laku hidupnya adalah cerminan dari Al-Quran baik berupa perintah maupun larangan. Ahli Al-Quran inilah yang menjadi keluarga Allah di muka bumi," pungkasnya.
Tidak ada komentar: