Ikuti Kajian Islam KWPSI
Setiap Rabu, Pk.21.00-23.00

Live di FB KWPSI

Siaga Bencana dengan Tingkatkan Iman‎ dan Taqwa

KWPSI.ORG -- Adanya keimanan yang diikuti dengan ketaqwaan kepada Allah‎ SWT berupa amal saleh merupakan kunci utama bagi seorang muslim dalam upaya mendapatkan keberkahan dan ketenangan hidupnya sehari-hari. 

Sementara jika yang dilakukan justru sebaliknya, yaitu mendustakan ayat-ayat Allah dengan hidup bergelimang dosa dan penuh maksiat serta perbuatan munkar, maka itu akan menjadi pemicu turunnya siksa Allah kepada mereka disebabkan perbuatannya yang mengerjakan larangan Allah serta meninggalkan perintah-Nya.

Siksa Allah dalam kehidupan di dunia ini diantaranya berupa bencana dan musibah yang banyak terjadi di tengah-tengah umat, seperti gempa bumi, tsunami, likuifaksi, rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan sebagai dampak dari bencana itu sendiri.

Demikian disampaikan Ustaz Ir. Faizal Adriansyah M.Si, mubaligh dan ahli geologi Aceh saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (31/10/2018) malam.



"Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu kita meyakini bahwa perilaku hidup kita sehari-hari sangat mempengaruhi dan terkait erat dengan hasil yang akan diperoleh. Jika beriman dan bertaqwa tentu keberkahan yang didapatkan, sementara jika bermaksiat kepada Allah, maka tentu akan mengundang datangnya bencana dan siksaan Allah ke tengah-tengah kita," ujar Ustaz Faizal Adriansyah yang juga Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan  Aparatur IV (PKP2A IV) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Aceh.

Menurutnya, dalam Surat Al-A'raf ayat 96, seorang muslim yang mendiami suatu negeri hanya ada dua pilihan dalam menjalani kehidupan di dunia ini yang juga berdampak kepada akhiratnya kelak. Pertama, apakah dia akan memilih hidup dalam keimanan dan bertaqwa kepada Allah dengan konsekwensi turunnya keberkahan atau justru hidup bermaksiat menumpuk-numpuk dosa yang tentunya juga membuat Allah murka dengan turunnya bencana.
"Kita punya ‎dua pilihan dalam ayat ini. Kalau mau berkah‌‎ maka beriman dan bertaqwa secara kolektif seluruh penduduk negeri, bukan individual saja. Karena jika sebagian beriman, dan sebagian lagi justru bermaksiat tanpa ada yang mau mencegahnya, maka berbagai bencana dan musibah juga akan turun ke tengah-tengah kita," ungkap Faizal juga aktif diorganisasi profesi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan dipercaya sebagai Ketua IAGI Pengda Aceh 2010-2013 dan 2014-2017.

Foto bersama jamaah pengajian.


Ditambahkanya, bagi orang beriman dalam memaknai ada dua ‎jenis yaitu bencana sebagai ujian dan bencana sebagai teguran Allah atas segala salah dan khilaf yang diperbuat

‎Ujian Allah dalam setiap bencana kalau seorang muslim itu sudah menjalankan semua perintah Allah dan tiba-tiba terjadi bencana sebagai bentuk ujian.‎ Ini juga ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Ankabut ayat 2 yang artinya, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan ditinggalkan saja (dianggap beriman) setelah mereka mengatakan kami beriman padahal mereka belum diuji?". 

Dari ayat ini jelas, seorang mukmin yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya, tidak cukup mengatakan dan mengumumkan keimanannya dengan lisan semata. Akan tetapi, dia pun harus siap diuji dengan berbagai bentuk ujian atau cobaan.
"Selama hidup di dunia, manusia tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa diuji. Dengan demikian, apapun yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah ujian, termasuk limpahan harta dan aneka kesenangan. Namun,  pada saat mendapatkan harta kekayaan, manusia sering tidak merasa diuji. Mereka hanya memaknai ujian dengan hadirnya beragam kesusahan, penyakit, kekurangan harta, dan ketidaknyamanan lain," terangnya.

Allah menciptakan dunia bukan sekedar tempat tinggal atau tempat bersenang-senang. Dia menciptakan dunia justru sebagai tempat untuk menguji manusia sehingga dapat diketahui seberapa besar kadar kesabaran dan keimanan yang dimilikinya. Sesungguhnya, aneka kesulitan yang dirasakan ataupun kesenangan yang didapatkan, keduanya adalah bentuk ujian. 

Dengan ujian kesenangan, manusia diharapkan dapat bersyukur. Dengan ujian kesusahan, manusia selayaknya dapat bersabar. Apabila hal tersebut mampu disikapi dengan cara yang benar, seseorang akan menjadi sosok manusia yang taat. Di dalam hatinya akan tumbuh kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala melebihi kecintaan kepada makhluk atau sesuatu di luar eksistensi-Nya.‎

Sementara suatu bencana itu menjadi teguran ‎itu di saat kita lalai dengan perintah Allah, selalu bermaksiat dan ingkar kepada nikmat Allah. Tujuan bencana sebagai teguran adalah untuk mengingatkan manusia agar kembali ke jalan Allah dan bertaubat atas segala dosa dan maksiat yang telah diperbuat, sehingga tidak datang lagi azab Allah yang lebih besar.
"Adakalanya juga bencana tersebut merupakan teguran kepada orang – orang yang menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya namun lalai dari menjalankan kewajiban Allah, bahkan melakukan perbuatan haram yang dilarang-Nya. Akibat kelalaian itulah mereka tegur dengan bencana di dunia, padahal mereka telah mendapatkan banyak kenikmatan," ungkapnya.

Menurutnya, di negeri kita ini ada sekitar 4.000 - 6.000 kali terjadi gempa sepanjang tahun, sementara yang menimbulkan kerusakan hanya puluhan gempa saja, seandainya ratusan saja gempa yang merusak tentu habis negeri ini.

"Nggak ada pilihan kita, bencana bisa terjadi kapan saja. Kita hidup di daerah gempa dan rawan bencana. Karenanya, mari kita memperkuat kembali iman kita dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah sebagai bentuk siaga bencana. Teruslah beristighfar setiap saat dan mohon ampun kepada ‎Allah atas segala dosa dan maksiat yang telah kita perbuat, baik dosa rakyat maupun dosa pemimpin. Jangan sampai kita menganggap bencana itu peristiwa biasa-biasa saja tanpa bisa mengambil hikmah dan iktibar untuk bertaubat. Alam ini tidak berjalan sendiri tanpa ada yang mengatur yaitu Allah. Bencana bukan semata fenomena alam," pungkas Ustaz Faizal Adriansyah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.