Ilmu Tanpa Akhlak Membawa Kehancuran
KWPSI - Kualitas seorang manusia sebagai hamba Allah SWT di atas permukaan bumi ini tidak dapat diukur hanya dari keunggulan ilmu pengetahuan semata dan keahlian belaka, namun juga diukur dari kualitas akhlaknya.
Dengan kata lain, ketinggian ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak mulia akan menjadi sesuatu yang sia-sia bahkan ilmu tanpa akhlak dapat membawa kepada kehancuran.
Bahkan Rasulullah SAW pun diutus tak lain hanya untuk menyempurnakan etika dan akhlak manusia yang lebih baik. Dan sesungguhnya seluruh disiplin ilmu manapun, baik ilmu pengetahuan untuk kemudahan hidup di dunia lebih-lebih ilmu agama untuk kepentingan hidup di akhirat kelak, selalu menempatkan moral, etika dan adab, sebagai implementasi dari akhlakul karimah.
Demikian antara lain disampaikan Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Dr. Tgk H.A Gani Isa SH, M.Ag saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (13/12/2017) malam.
Pengajian yang dirangkai dengan syukuran peringatan Milad Ke-5 KWPSI itu turut dihadiri Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal M.Ag, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Bustami Usman, Pimpinan Dayah, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot Keueng, Ustaz Masrul Aidi Lc, kalangan wartawan, santri, mahasiswa, akademisi dan ormas Islam.
"Ilmu pengetahuan yang kita kuasai tanpa akhlak dan adab sebagai penuntunnya, akan membawa pada kesombongan, dan ilmu tanpa agama akan membawa pada kehancuran dan murka Allah di dunia dan akhirat," ujar Ustaz Gani Isa.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry ini mengungkapkan, jika suatu negeri (kaum) ingin meraih kemajuan, kesejahteraan, maka yang pertama sekali harus digunakan/difungsikan adalah akal kecerdasan, dengan kata lain ilmu pengetahuan harus menjadi penting.
Di samping ilmu, juga harus menggunakan dan memperkuat budi pekerti, dengan kata lain akhlakul karimah dan keutuhan moralitas bangsa.
Dalam hubungan ini, Ustaz Gani Isa mengutip Al-Kindi, salah seorang filosuf awal abad pertengahan menyebutkan, bahwa bangsa "Barat" di satu sisi tingkat kecerdasannya, mampu melahirkan berbagai ilmu pengetahuan, baik sains maupun teknologi, tapi mereka justru angkuh dan sombong, tidak mau peduli dengan akhlak.
Menurutnya, ada yang memprediksi sekaligus menyebutkan bahwa memasuki abad ke-XXI, merupakan abad kejatuhan moral, manusia lepas kendali dengan Allah sebagai Tuhannya, sehingga melahirkan tiga ciri.
Pertama, nilai kemanusian yang tidak bertuhan (Humanisme). Demi kepentingannya, baik pribadi maupun golongan, orang lain dikorbankan. Bahkan bila perlu agama dihancurkan. Isu-isu global diangkat seperti emansipasi, gender, demokrasi, isu HAM dan lainnya.
Kedua, nilai materi yang tidak bertuhan (materialisme). Pada ranah ini tidak ada lagi sekat halal-haram karena memasuki era serba boleh (permisivisme), bila perlu orang dibunuh karena harta. Nafsu jadi primadona, tamak, rakus, sehingga alam/bumi berubah menjadi rusak akibat ulah manusia.
"Pasca perang Badar, Rasulullah SAW menyampaikan, Kita baru kembali dari jihad kecil untuk kemudian menghadapi jihad besar. Lalu para Sahabat bertanya, apa itu jihad besar ya Rasulullah, ketahuilah itulah jihad melawan hawa nafsu. Hari ini kita bisa menang melawan hawa nafsu jika punya akhlak yang baik," ungkapnya.
Ketiga, perilaku yang tidak bertuhan (Atheisme). Era ini akan melahirkan tipe-tipe manusia yang berwatak 'Fir'aunismek, 'Namruzisme', dan 'Qarunisme' yang menjadikan dirinya sebagai penguasa tunggal di atas muka bumi. Tapi model manusia seperti ini, akhirnya akan hancur dan dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana tokoh-tokoh penentang Allah terdahulu yang dikisahkan dalam Alquran.
"Akal tanpa qalbu menjadikan manusia sebagai robot, pikir tanpa zikir menjadikan manusia seperti setan, iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan bayi," ungkap Ustaz Gani Isa yang juga mantan Kakan Kemenag Aceh Utara ini.
Dengan ilmu juga akan mendorong orang berbuat baik dan beribadah. "Jika sudah tahu pahala dan fadhilat shalat berjamaah dan shaf pertama, kita akan berlari merangkak dan berlomba menuju ke masjid ketika azan berkumandang," jelasnya.
Dikisahkannya, umat-umat terdahulu dihancurkan oleh Allah karena dosa-dosa mereka, dan tak peduli dengan aturan syariat Allah yang diturunkan kepada mereka.
"Teknologi sehebat apapun tak akan mampu menolak bencana dari Allah. Tapi yang bisa menolak bencana adalah taati perintah Allah, jauhi larangan-Nya, selalu menjaga ibadah, berjamaah serta menjaga silaturrahmi sesama umat Islam," pungkasnya.
Dengan kata lain, ketinggian ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak mulia akan menjadi sesuatu yang sia-sia bahkan ilmu tanpa akhlak dapat membawa kepada kehancuran.
Bahkan Rasulullah SAW pun diutus tak lain hanya untuk menyempurnakan etika dan akhlak manusia yang lebih baik. Dan sesungguhnya seluruh disiplin ilmu manapun, baik ilmu pengetahuan untuk kemudahan hidup di dunia lebih-lebih ilmu agama untuk kepentingan hidup di akhirat kelak, selalu menempatkan moral, etika dan adab, sebagai implementasi dari akhlakul karimah.
Demikian antara lain disampaikan Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Dr. Tgk H.A Gani Isa SH, M.Ag saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (13/12/2017) malam.
Pengajian yang dirangkai dengan syukuran peringatan Milad Ke-5 KWPSI itu turut dihadiri Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal M.Ag, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Bustami Usman, Pimpinan Dayah, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot Keueng, Ustaz Masrul Aidi Lc, kalangan wartawan, santri, mahasiswa, akademisi dan ormas Islam.
"Ilmu pengetahuan yang kita kuasai tanpa akhlak dan adab sebagai penuntunnya, akan membawa pada kesombongan, dan ilmu tanpa agama akan membawa pada kehancuran dan murka Allah di dunia dan akhirat," ujar Ustaz Gani Isa.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry ini mengungkapkan, jika suatu negeri (kaum) ingin meraih kemajuan, kesejahteraan, maka yang pertama sekali harus digunakan/difungsikan adalah akal kecerdasan, dengan kata lain ilmu pengetahuan harus menjadi penting.
Di samping ilmu, juga harus menggunakan dan memperkuat budi pekerti, dengan kata lain akhlakul karimah dan keutuhan moralitas bangsa.
Dalam hubungan ini, Ustaz Gani Isa mengutip Al-Kindi, salah seorang filosuf awal abad pertengahan menyebutkan, bahwa bangsa "Barat" di satu sisi tingkat kecerdasannya, mampu melahirkan berbagai ilmu pengetahuan, baik sains maupun teknologi, tapi mereka justru angkuh dan sombong, tidak mau peduli dengan akhlak.
Menurutnya, ada yang memprediksi sekaligus menyebutkan bahwa memasuki abad ke-XXI, merupakan abad kejatuhan moral, manusia lepas kendali dengan Allah sebagai Tuhannya, sehingga melahirkan tiga ciri.
Pertama, nilai kemanusian yang tidak bertuhan (Humanisme). Demi kepentingannya, baik pribadi maupun golongan, orang lain dikorbankan. Bahkan bila perlu agama dihancurkan. Isu-isu global diangkat seperti emansipasi, gender, demokrasi, isu HAM dan lainnya.
Kedua, nilai materi yang tidak bertuhan (materialisme). Pada ranah ini tidak ada lagi sekat halal-haram karena memasuki era serba boleh (permisivisme), bila perlu orang dibunuh karena harta. Nafsu jadi primadona, tamak, rakus, sehingga alam/bumi berubah menjadi rusak akibat ulah manusia.
"Pasca perang Badar, Rasulullah SAW menyampaikan, Kita baru kembali dari jihad kecil untuk kemudian menghadapi jihad besar. Lalu para Sahabat bertanya, apa itu jihad besar ya Rasulullah, ketahuilah itulah jihad melawan hawa nafsu. Hari ini kita bisa menang melawan hawa nafsu jika punya akhlak yang baik," ungkapnya.
Ketiga, perilaku yang tidak bertuhan (Atheisme). Era ini akan melahirkan tipe-tipe manusia yang berwatak 'Fir'aunismek, 'Namruzisme', dan 'Qarunisme' yang menjadikan dirinya sebagai penguasa tunggal di atas muka bumi. Tapi model manusia seperti ini, akhirnya akan hancur dan dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana tokoh-tokoh penentang Allah terdahulu yang dikisahkan dalam Alquran.
"Akal tanpa qalbu menjadikan manusia sebagai robot, pikir tanpa zikir menjadikan manusia seperti setan, iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan bayi," ungkap Ustaz Gani Isa yang juga mantan Kakan Kemenag Aceh Utara ini.
Dengan ilmu juga akan mendorong orang berbuat baik dan beribadah. "Jika sudah tahu pahala dan fadhilat shalat berjamaah dan shaf pertama, kita akan berlari merangkak dan berlomba menuju ke masjid ketika azan berkumandang," jelasnya.
Dikisahkannya, umat-umat terdahulu dihancurkan oleh Allah karena dosa-dosa mereka, dan tak peduli dengan aturan syariat Allah yang diturunkan kepada mereka.
"Teknologi sehebat apapun tak akan mampu menolak bencana dari Allah. Tapi yang bisa menolak bencana adalah taati perintah Allah, jauhi larangan-Nya, selalu menjaga ibadah, berjamaah serta menjaga silaturrahmi sesama umat Islam," pungkasnya.
Tidak ada komentar: