Aqidah Pengendali Hidup Seorang Muslim
KWPSI - Salah satu landasan penting dalam ajaran Islam adalah akidah, yaitu suatu akad atau ikatan yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk hati sebagai ketetapan yang tidak ada keraguan dengan penuh keyakinan kepada Allah dan tidak dapat beralih dari pada-Nya.
Ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini seorang muslim sebelum ajaran-ajaran lainnya. Ibarat tali kekang, akidah mengendalikan seorang muslim agar tidak berjalan tanpa arah yang jelas.
Kenapa akidah ini menjadi hal yang perlu dimiliki dan dipegang teguh, karena alam ini ada pemiliknya di dunia dan akhirat. Dengannya akan mengarahkan seorang muslim menuju satu tujuan yang dicita-citakan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikian antara lain disampaikan Tgk Tarmizi M Daud M.Ag (Wakil Ketua PB Persatuan Dayah Inshafuddin) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (22/11/2017) malam
"Aqidah itu adalah komitmen awal kita kepada Allah sebelum melangkah kepada syariat Islam. Syariat itu tidak akan jalan dengan baik jika aqidah muslim lemah. Tidak mau berjuang untuk kepentingan agamanya karena aqidah bermasalah," ujar Tgk Tarmizi.
Menurutnya, akidah harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun bagian Islam yang lain. Akidah juga tidak boleh berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat.
Dengan memiliki akidah yang kuat dan tidak mudah goyah, juga akan membuat seorang muslim terus merasakan dirinya setiap saat berada dalam pengawasan Allah SWT. Selalu mencegah dirinya untuk berbuat kemaksiatan yang dimurkai Allah dan senantiasa menjalankan segala perintahnya.
Seseorang muslim juga meyakini setiap amal perbuatannya akan selalu dicatat oleh Allah melalui malaikat-Nya, yang akan diperlihatkan segala catatan tersebut di hari akhirat kelak. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam Surat Al-Isra' Ayat 13 yang artinya, "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
"Muslim itu akan meyakini semua catatan amal baik dan buruk yang dikerjakan itu masuk dalam buku catatan malaikat dengan adanya aqidah yang kuat. Sehinga ia merasa diawasi dan setiap yang dikerjakan akan berurusan dengn Allah, bukan karena takut dengan pengawasan Wilayah Hisbah (WH)," ungkapnya.
Orang-orang yang memiliki akidah yang kuat juga ketika menjalankan suatu perintah syariat, bukan karena takut karena adanya WH dan hukuman cambuk, karena tidak selamanya WH bisa mengawasi, tapi karena takut pada Allah semata yang selalu mengawasi setiap saat.
Tgk Tarmizi M. Daud yang juga Ketua Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah yang Terpadu Efektif dan Aktual (ARIMATEA) ini menambahkan, dengan aqidah yang kuat, ketika agama Islam dihina dan dilecehkan, maka muslim tersebut juga akan segera bangkit untuk membelanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
"Ketika seorang muslim tidak merasa marah dan biasa-biasa saja tanpa reaksi apa-pa ketika agamanya dihina dan direndahkan malah menganggap suatu yang wajar-wajar saja, maka saat itu sebenarnya menjadi pertanda bahwa akidahnya sedang bermasalah," ungkapnya.
Ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini seorang muslim sebelum ajaran-ajaran lainnya. Ibarat tali kekang, akidah mengendalikan seorang muslim agar tidak berjalan tanpa arah yang jelas.
Kenapa akidah ini menjadi hal yang perlu dimiliki dan dipegang teguh, karena alam ini ada pemiliknya di dunia dan akhirat. Dengannya akan mengarahkan seorang muslim menuju satu tujuan yang dicita-citakan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikian antara lain disampaikan Tgk Tarmizi M Daud M.Ag (Wakil Ketua PB Persatuan Dayah Inshafuddin) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (22/11/2017) malam
"Aqidah itu adalah komitmen awal kita kepada Allah sebelum melangkah kepada syariat Islam. Syariat itu tidak akan jalan dengan baik jika aqidah muslim lemah. Tidak mau berjuang untuk kepentingan agamanya karena aqidah bermasalah," ujar Tgk Tarmizi.
Menurutnya, akidah harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun bagian Islam yang lain. Akidah juga tidak boleh berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat.
Dengan memiliki akidah yang kuat dan tidak mudah goyah, juga akan membuat seorang muslim terus merasakan dirinya setiap saat berada dalam pengawasan Allah SWT. Selalu mencegah dirinya untuk berbuat kemaksiatan yang dimurkai Allah dan senantiasa menjalankan segala perintahnya.
Seseorang muslim juga meyakini setiap amal perbuatannya akan selalu dicatat oleh Allah melalui malaikat-Nya, yang akan diperlihatkan segala catatan tersebut di hari akhirat kelak. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam Surat Al-Isra' Ayat 13 yang artinya, "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
"Muslim itu akan meyakini semua catatan amal baik dan buruk yang dikerjakan itu masuk dalam buku catatan malaikat dengan adanya aqidah yang kuat. Sehinga ia merasa diawasi dan setiap yang dikerjakan akan berurusan dengn Allah, bukan karena takut dengan pengawasan Wilayah Hisbah (WH)," ungkapnya.
Orang-orang yang memiliki akidah yang kuat juga ketika menjalankan suatu perintah syariat, bukan karena takut karena adanya WH dan hukuman cambuk, karena tidak selamanya WH bisa mengawasi, tapi karena takut pada Allah semata yang selalu mengawasi setiap saat.
Tgk Tarmizi M. Daud yang juga Ketua Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah yang Terpadu Efektif dan Aktual (ARIMATEA) ini menambahkan, dengan aqidah yang kuat, ketika agama Islam dihina dan dilecehkan, maka muslim tersebut juga akan segera bangkit untuk membelanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
"Ketika seorang muslim tidak merasa marah dan biasa-biasa saja tanpa reaksi apa-pa ketika agamanya dihina dan direndahkan malah menganggap suatu yang wajar-wajar saja, maka saat itu sebenarnya menjadi pertanda bahwa akidahnya sedang bermasalah," ungkapnya.
Hakikat dan kemurnian akidah juga tidak boleh berubah dimana pun berada. Sama juga seperti ikan yang hidup dalam air asin di lautan lepas, tapi ikan tersebut tidak asin seperti air tempat dia hidup.
"Karenanya, jangan sampai akidah kita seorang muslim ikut berubah dengan lingkungan. Ketika kita hidup di tempat yang baik dan bersama orang-orang taat akidah kita kuat, tapi ketika lingkungan tidak baik, maka akidah juga jadi rusak. Karenanya, jangan sampai mencampur adukkan aqidahkita dengan suatu pemahaman seperti sekuler, pluralisme agama dan liberal (Sipilis) yang ujung-ujungnya membuat rusak aqidah kita," tegasnya.
Akidah juga dibentuk secara internal oleh pribadi-pribadi muslim, serta faktor eksternal dengan aturan pemerintah melalui hukum positif seperti qanun-qanun syariat Islam yang berlaku di Aceh, dengan tidak memberi peluang pada pemahaman yang dapat merusak aqidah Islam.
"Di sinilah kita memerlukan hadirnya pemimpin-pemimpin muslim di pemerintahan kita yang akan selalu berpikir untuk menegakkan syariat agamanya dan memperkuat akidah rakyatnya," jelas Tgk. Tarmizi.
Akidah juga dibentuk secara internal oleh pribadi-pribadi muslim, serta faktor eksternal dengan aturan pemerintah melalui hukum positif seperti qanun-qanun syariat Islam yang berlaku di Aceh, dengan tidak memberi peluang pada pemahaman yang dapat merusak aqidah Islam.
"Di sinilah kita memerlukan hadirnya pemimpin-pemimpin muslim di pemerintahan kita yang akan selalu berpikir untuk menegakkan syariat agamanya dan memperkuat akidah rakyatnya," jelas Tgk. Tarmizi.
Tidak ada komentar: