Pemimpin Harus Jadi Teladan Shalat Berjamaah
KWPSI.ORG -- Kepemimpinan dalam Islam berkewajiban menjaga berjalannya amar makruf nahi munkar secara baik di tengah-tengah umat yang dipimpinnya untuk mencapai ridha Allah SWT melalui berbagai ibadah yang telah diperintahkan.
Diantara terpenting yang harus menjadi perhatian utama dari pemimpin adalah ibadah shalat, khususnya shalat wajib lima waktu yang dilakukan secara berjamaah, dimana seorang pemimpin pada berbagai tingkatan harus bisa memberikan keteladanan. Lebih-lebih di Aceh sebagai daerah yang sedang menerapkan aturan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat.
Demikian antara lain disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Al-Washliyah Banda Aceh, Dr HA Mufakhir Muhammad MA saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (26/4/2017) malam.
"Kita di Aceh baru saja usai memilih pemimpin baru dalam Pilkada kemarin. Sebagai daerah yang bersyariat Islam, tentunya akan sangat rugi kita umat Islam di Aceh jika punya pemimpin seperti gubernur/bupati/wali kota yang jarang shalat berjamaah. Pemimpin itu harus memberikan keteladanan untuk diikuti," ujar Ustaz Mufakhir
Menurutnya, pemimpin-pemimpin umat itu telah mendapat amanah dari Allah untuk dapat membawa dirinya dan masyarakat yang dipimpinnya dalam menjaga ketaatan kepada perintah Allah.
Hal ini ditegaskan dalam Surat Al Hajj ayat 41 yang artinya "(Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar dan kepada Allah-lah kembali segala urusan".
"Dalam ayat ini, Allah menegaskan bagi orang-orang yang telah diberi amanah jabatan sebagai pemimpin, dirikanlah shalat utamanya berjamaah dan tunaikan zakat. Ini juga cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan agar tidak lalai," jelasnya.
Ditambahkannya, akhlak seseorang muslim itu sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya dia mendirikan shalat, bukan karena lainnya. Bahkan, shalat itu sendiri membedakan seorang muslim dan kafir.
"Seseorang akhlaknya tidak bagus, karena tidak shalat. Jangan sampai kita membiasakan untuk membenarkan pernyataan, 'Dia itu orangnya baik walaupun tidak shalat'. Pernyataan seperti ini kesalahan yang sangat besar dalam Islam, tidak boleh kita berkata seperti itu karena telah meremehkan shalat. Karena meskipun kita belum baik, shalat tidak boleh ditinggalkan, teruslah berusaha sampai Allah memberi kemudahan untuk baik," terang
Mufakhir Muhammad yang juga seorang Majelis Syura Dewan Dakwah Aceh menjelaskan, rusaknya suatu masyarakat itu dimulai ketika shalat ditinggalkan. Sehingga shalat menjadi penentu sebuah generasi.
Sebagaimana Allah tegaskan dalam Surat Maryam ayat 59 yang artinya, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang melalaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
Ayat diatas disebutkan oleh Allah Swt setelah menyebutkan generasi/golongan pilihan lagi beruntung, yaitu para nabi dan orang yang diberi petunjuk. Mereka beruntung karena mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Hal ini seakan-akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Hendaknya mereka memperhatikan generasi setelahnya, bukan hanya memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga tidak meninggalkan suatu generasi yang jauh dari syareat Allah swt.
"Setelah generasi para Nabi, dimana mereka mendapat nikmat, akan muncul di muka bumi sebuah generasi yang sifat mereka sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Yaitu generasi yang buruk karena telah meninggalkan shalat. Jika mereka melalaikannya, maka kewajiban-kewajiban lain pasti lebih diremehkan. Karena shalat adalah tiang agama dan sebaik-baik amal seorang hamba. Kemudian, mereka pasti akan menuruti kesenangan dan kelezatan dunia, serta senang dengan kehidupan dunia, mereka merasa tenteram di dalamnya. Mereka itu akan ditimpa kerugian di dunia hingga hari kiamat," sebutnya.
Pada pengajian KWPSI yang dimoderatori Ustaz Akhyar tersebut, Mufakhir juga menjelaskan hal selanjutnya yang harus diikuti setelah mendirikan shalat adalah membayar zakat pada setiap penghasilan yang diterima jika telah mencapai nisab sesuai ketentuan.
"Usahakan setiap penghasilan yang kita peroleh dari berbagai usaha, untuk mengeluarkan zakat kepada lembaga resmi. Zakat itu akan membersihkan dan mengawal harta kita agar terlindungi bahkan bertambah. Tidak ada orang miskin yang mengeluarkan zakat, bahkan bertambah banyak. Dan tidak ada keberkahan orang yang menahan-nahan zakat, bahkan hartanya bisa berkurang dan hilang dengan cara-cara yang tidak kita duga," katanya.
Tidak ada komentar: