Hati Yang Lalai Menyebabkan Kehinaan
KWPSI.ORG - Manusia adalah makhluk utama (ahsani taqwim) yang diciptakan oleh Allah Swt dan diberi kemuliaan, kehormatan dan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain.
Dengan kedudukan yang tinggi tersebut, manusia mempunyai tugas utama untuk beribadah, mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Jika lalai dari tugasnya tersebut, maka Allah akan mengembalikan manusia ke tempat yang serendah-rendahnya bahkan, lebih hina dari makhluk binatang sekalipun.
Salah satu yang menyebabkan manusia menjadi lalai karena tidak menggunakan potensi yang diberikan Allah seperti hati, mata dan telinga untuk memahami ayat-ayat Allah yang ada dalam Alquran sebagai pedoman hidupnya untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Demikian disampaikan Ustaz Dr Fauzi Saleh Lc MA, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (4/1) malam.
"Alquran sering menyebut penyakit batin, yaitu qalbu (hati) yang lalai kepada Allah. Panca inderanya seperti mata dan telinga tidak berfungsi dengan baik. Ingin berlomba-lomba meraih kenikmatan dunia, dan menjadikannya sebagai tujuan. Hanya mengetahui kehidupan dunia ini dari sisi luar saja hatinya lalai akan akhirat," ujar Ustaz Fauzi Saleh.
Menurutnya, manusia seperti ini bukannya tidak tahu adanya kehidupan akhirat yang abadi sebagai tempat balasan Allah. Persoalannya bukan karena pengetahuan tapi penyebabnya adalah hatinya ghaflah (lalai) sehingga pengetahuannya menjadi tidak berfungsi (bermanfaat). Analisisnya tumpul karena hatinya lalai kepada Allah Swt. Inilah penyakit berbahaya yang tidak disadari oleh umat manusia.
Sehingga kebanyakan manusia masuk neraka akibat kelalaiannya. Lebih banyak orang yang bermaksiat dari pada taat. Banyak yang tidak shalat ketimbang shalat. Sehingga mereka perlu terus diberi peringatan agar tidak lalai.
Bahkan, untuk model manusia yang lalai seperti ini, Allah juga menegaskannya dalam Alquran Surat Al-A'raf ayat 179 yang artinya: “Dan sesungguhnya telah kami sediakan untuk mereka jahannam banyak dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak mereka gunakan memahami, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak mereka gunakan untuk melihat dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak mereka gunakan untuk mendengar, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Ayat ini menjelaskan, hati, mata dan telinga orang-orang yang lalai dipersamakan dengan binatang karena binatang tidak dapat menganalogikan apa yang dia dengar dan lihat dengan sesuatu yang lain. Binatang tidak memiliki akal seperti manusia. Bahkan manusia yang tidak menggunakan potensi yang dianugerahkan Allah lebih buruk.
Sebab binatang dengna instinknya akan selalu mencari kebaikan-kebaikan dan menghindari bahaya, sementara manusia yang bermakiat kepada Allah justru menolak kebaikan dan kebenaran dan mengarah kepada bahaya bagi kehidupannya di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.
Setelah kematian, mereka kekal dalam api neraka, berbeda dengan binatang yang punah dengan kematiannya. Disisi lain, binatang tidak dianugerahi potensi sebanyak potensi manusia, sehingga binatang tidak wajar dikecam bila tidak mencapai apa yang dapat dicapai manusia.
"Manusia pantas dikecam bila sama dengan binatang dan dikecam lebih banyak lagi jika ia lebih buruk daripada binatang, karena potensi manusia dapat mengantarnya meraih ketinggian jauh melebihi kedudukan binatang," ungkap penceramah halaqah magrib di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini.
Pada pengajian KWPSI tersebut, Ustaz Fauzi Saleh juga menyampaikan, hati manusia terbagi ke dalam tiga jenis.
Pertama, qalbun mayyitatau hati yang mati. Refleksi dari hati yang mati adalah sifat sombong dan meremehkan kebenaran. Inilah perilaku yang tercermin pada orang kafir. Ketertutupan dan kekerasan hatinya tidak akan bisa menerima cahaya kebenaran Islam.
Jenis hati yang kedua adalah qalbun maridl. Inilah hati yang sakit. Merasa sedang mencari jalan selamat untuk pemenuhan hawa nafsu belaka, tapi sebenarnya celaka.
Sifat munafik termasuk hati yang sakit ini. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat: 14 yang artinya: ''Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata: 'Kami telah beriman'. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok'''
Ketiga, qalbun salim atau hati yang selamat. Ia selalu condong pada kebenaran dengan hanya mengikuti ajaran Islam berdasarkan Alquran dan hadis.
"Hati salim atau sehat itu dimiliki orang yang beriman. Hati sakit itu selalu ragu dan itu sifat orang munafik. Hati mati milik orang kafir yang tidak bergetar dengan kalam Allah dan seruan kebaikan. Mari kita introspeksi, dimanakah posisi hati kita?," jelasnya.
Tidak ada komentar: