Ulama: Hindari Ghibah Berjamaah di Medsos
Kwpsi.org,
Ghibah
adalah membicarakan keburukan, kejelekan atau kekurangan orang lain untuk
mencari-cari kesalahan baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak, ataupun bentuk
lahiriah lainnya.
Ghibah atau
menggunjing ini tidak hanya sebatas lisan saja, namun bisa terjadi dengan
tulisan atau yang lebih dikenal dengan istilah ghibah di berbagai media sosial
(medsos), memang kerap terjadi tanpa disadari. Meski dilakukan ghibah dalam
media apapun tetap dilarang. Karennya, umat Islam diimbau untuk menjauhi hal
tersebut.
Demikian
disampaikan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal
Ali saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI)
di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (28/12) malam.
"Kita
umat Islam jangan asal men-share atau broadcast suatu informasi yang kita terima di media
sosial seperti Facebook, WhatsApp, BBM, Twitter atau Instagram yang tidak kita
ketahui kejelasan sumbernya, karena bisa jadi saat itu kita sedang melakukan
ghibah berjamaah dan menggunjing saudara kita tanpa melakukan memastikan
kebenaran informasi tersebut," ujar Tgk Faisal Ali yang akrab disapa Abu
Sibreh ini.
Pimpinan
Dayah Mahyal ‘Ulum Al-Aziziyah Sibreh, Aceh Besar menjelaskan, Allah Swt
dengan tegas melarang untuk berbuat ghibah, dan menyuruh kita untuk menjauhinya
karena ghibah digambarkan dengan sesuatu yang sangat jijik dan kotor yaitu
ghibah sama saja dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Seperti ditegaskan dalam Alquran Surat Al-Hujarat ayat 12 yang artinya, "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik".
Seperti ditegaskan dalam Alquran Surat Al-Hujarat ayat 12 yang artinya, "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik".
"Jika
kita menerima suatu informasi di medsos, jangan merespon sesuatu
itu secara berlebihan. Apalagi sampai berkomentar terhadap kejelekan orang lain
yang bukan kapasitas kita itu termasuk ghibah, karena kita tidak mampu
menyelesaikan. Diam saja lebih bagus dari pada berdosa kita," tegas Ketua PWNU Aceh ini.
Masyarakat
akan mudah melakukan ghibah melalui medsos karena informasi yang didapatkan.
Sehingga, tidak mengherankan jika ghibah akan menyebar begitu cepatnya.
Informasi
yang semakin berkembang saat ini, tuturnya, sulit membedakan antara yang benar
dan tidak sesuai dengan fakta. Sayangnya, dengan kondisi demikian, orang
cenderung langsung menyebarkan informasi yang diperoleh tanpa dipilah.
Dalam kenyataannya, membicarakan keburukan orang lain yang terjadi di media sosial kerap dianggap oleh banyak orang bukan termasuk dalam kategori ghibah yang sangat dilarang agama. “Ghibah di era internet makin tidak terbendung dan pelakunya merasa itu bukan ghibah,” terangnya.
Dalam kenyataannya, membicarakan keburukan orang lain yang terjadi di media sosial kerap dianggap oleh banyak orang bukan termasuk dalam kategori ghibah yang sangat dilarang agama. “Ghibah di era internet makin tidak terbendung dan pelakunya merasa itu bukan ghibah,” terangnya.
Akibatnya
orang menjadi terbiasa melakukan ghibah. Melalui Medsos, ghibah menjadi budaya
baru. Sehingga cenderung menjadi kegemaran.
Pada
pengajian KWPSI yang membahas tema 'Tafakkur' ini, Tgk Faisal juga berharap
masyarakat dapat menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Sedangkan,
yang benar tetapi tidak bermanfaat lebih baik disimpan saja.
Kondisi
seperti ini, menurutnya, tidak bisa hanya diserahkan penanganannya kepada
pemerintah. Semua harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Harus ada upaya
luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat muslim.
Dampak
ghibah melalui internet atau Medsos lebih luas. Sebab, pengguna Medsos semakin
meningkat. “Orang jadi terbiasa dengan ghibah, menjelekkan, membuka aib,
membully, bikin hoax dan bentuk ghibah lainnya dengan ringan tanpa merasa
salah,” ujarnya.
Terhadap
berbagai hal yang mengarah kepada ghibah ini, Tgk Faisal Ali menganjurkan hanya
merespon informasi yang langsung didapatkan di sekitar kita dari orang-orang
terdekat sehingga mudah untuk diketahui kebenarannya.
"Misalnya saya menerima suatu informasi
tentang orang lain secara langsung dari orang-orang yang sudah dikenal. Jika
mengarah kepada ghibah, bisa kita tanyakan langsung. Sementara informasi yang
tidak jelas dari mana, benar atau salah, jika kita respon maka akan habis
energi saja dan terjebak ghibah berjamaah," ungkapnya.
Akan lebih baik jika kita mampu memperbaiki hal-hal yang tidak baik yang terdapat pada saudara kita. Dibolehkan menyampaikan hal-hal yang tidak baik dengan maksud dan tujuan tertentu, yang tujuan itu benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan membuka hal-hal yang tidak baik tersebut.
Akan lebih baik jika kita mampu memperbaiki hal-hal yang tidak baik yang terdapat pada saudara kita. Dibolehkan menyampaikan hal-hal yang tidak baik dengan maksud dan tujuan tertentu, yang tujuan itu benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan membuka hal-hal yang tidak baik tersebut.
Misalnya, melaporkan perbuatan aniaya/kejahatan
yang dilakukan seseorang, usaha untuk mengubah kemungkinan dan membantu
seseorang keluar dari perbuatan maksiat, untuk tujuan nasihat, untuk
memperingatkan pada kaum muslimin tentang suatu fatwa.
Menyadari perilaku ghibah tidak disukai oleh
Allah Swt dan dilarang untuk dilakukan, kita harus berusaha menjauhi perilaku
ghibah dan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat dari pada ghibah.
"Menjauhi hal-hal yang dapat mendatangkan
ghibah seperti erkumpul dengan orang-orang yang shalih, dan meninggalkan
sekelompok orang yang sedang menggunjing (ghibah) serta mengingatkan orang lain
yang sedang ghibah,"
sebutnya. [kwpsi]
Tidak ada komentar: