Menuntut Ilmu Jangan Bertujuan Popularitas Dunia
kwpsi.org -- Islam merupakan agama yang mendasari segala sesuatu dengan ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap pribadi muslim terutama ilmu syar'i terkait agama sebagai fardhu 'ain, bukan kewajiban bagi sebagian orang muslim saja.
Dengan ilmu maka kita bisa mengenal Islam dengan baik. Dengan ilmu kita akan mengetahui hakikat Islam yang sebenarnya. Allah SWT juga mengangkat derajat seseorang dengan ilmu, Allah turunkan kitab-Nya dengan ilmu, para Nabi dan Rasul diperintahkan untuk mendakwahkan agama-Nya dengan ilmu.
Hanya saja, setiap muslim dalam mempelajari dan menuntut ilmu itu harus selalu menyadarkan niatnya yang tulus ikhlas karena Allah SWT, bukan karena tujuan-tujuan lainnya untuk meraih popularitas duniawi, mendapat gelar ataupun karena ingin mencari jabatan/kedudukan.
Demikian disampaikan Tgk Mahfudh Muhammad, MA, Staf Pengajar di Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga, Kabupaten Bireuen, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (4/5) malam.
"Dalam menuntut ilmu, setiap pribadi muslim harus menghindari niat buruk dan tujuan tercela untuk popularitas dunia, tapi harus kita niatkan karena Allah semata agar tercapai kelezatan ilmu," ujar Tgk. Mahfud yang juga guru di Dayah Darul Falah Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya.
Menurutnya, dalam seluruh segi kehidupan, manusia sangat butuh terhadap ilmu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum. Setiap ilmu yang kita peroleh juga akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT pada hari kiamat kelak.
"Janganlah mempelajari ilmu agama dengan niat dan tujuan untuk berdebat, berbangga-banggaan, dan pamer atau riya dengan ilmunya," terangnya.
Termasuk niat buruk dan tujuan tercela dalam menuntut ilmu agama ialah menuntut ilmu dengan tujuan mendapatkan kedudukan dan jabatan yang tinggi, harta benda yang banyak, popularitas dan lain-lain.
Rasulullah SAW menceritakan, salah satu golongan yang pertama kali diadili oleh Allah pada hari Kiamat kelak, lalu dicampakkan ke dalam api neraka ialah orang yang menuntut ilmu agama bukan karena Allah, tapi supaya dipuji dan dikenal sebagai seorang yang alim atau banyak ilmunya. Golongan ini malah termasuk dalam kategori ulama suk (jahat).
Tgk Mahfudh menekankan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat menuntut ilmu yaitu, pertama, memperbaiki niat. Niat pada asalnya mempunyai arti kehendak. Kemudian niat pada umumnya diartikan sebagai keinginan. Niat kita dalam penuntut ilmu tentunya harus disandarkan kepada kewajiban.
"Ini akan mengarahkan kita kepada niatan menuntut ilmu karena Allah SWT, bukan karena maksud lainnya. Karena sedikit saja niatan kita melenceng maka akan sia-sialah amalan kita dalam menuntut ilmu," jelasnya.
Allah Swt berfirman dalam Alquran: “Apakah akan kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia amalannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya. (Al-Kahfi: 103-104)
Kedua, ikhlas dalam menuntut ilmu. Keikhlasan adalah kunci untuk memperoleh keridhaan Allah dalam menuntut ilmu, tanpa niat ikhlas semua amalan perbuatan yang dilakukan tidak akan memperoleh nilai di hadapan Allah.
Dengan demikian sebelum seorang muslim berangkat mencari ilmu, modal utama yang harus dia miliki adalah niat kuat karena Allah. Niat mencari ilmu untuk meraih ridha-Nya sekaligus mengagungkan risalah-Nya.
Allah akan menjamin kesuksesan di dunia dan akhirat bila niatan kita karena-Nya. Sebaliknya semua nilai kebaikan dalam mencari ilmu akan kosong, ketika niat kita bukan karena-Nya. Hanya kebanggaan diri, pujian manusia dan gelar-gelar duniawi saja yang akan diperoleh, sementara di hadapan Allah tidak mempunyai nilai sama sekali. Sangat rugi apa yang dilakukan, waktu, tenaga, pikiran dan lain sebagainya hanya untuk memperoleh kenikmatan dunia sementara di akhirat tidak memperoleh apapun.
Ketiga, mengamalkan ilmunya. Ketika seseorang mempunyai niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu tentunya sangat memahami ilmu yang dicari bukan hanya sebatas dimiliki saja akan tetapi mengamalkannya, karena dia yakin bahwa ilmu yang diperolehnya pasti akan ditanya oleh Allah apakah sudah diamalkan.
Keempat, semakin takut kepada Allah. Sebagai buah dari ilmu yang diperolehnya adalah semakin bertambah ilmu nya maka akan semakin takut kepada Allah. Ini adalah buah dari ilmu yang bermanfaat, ilmu yang dicari semata-mata karena mengharap ridha-Nya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya yang yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah orang yang berilmu” (QS. Fathir : 28).
Allah hanya memberikan sedikit saja tentang ilmu pengetahuan kepada manusia, ibarat mencelupkan ujung jari di lautan, dan setetes air itulah ilmu yang Allah berikan kepada manusia.
"Marilah kita luruskan niat kita hanya karena mengharapkan balasan Allah semata, karena apa yang ada di sisi Allah adalah kekal dan semua yang ada di dunia ini adalah sementara baik harta, jabatan, popularitas, pujian dan lain-lain maka semua itu pasti akan sirna," terangnya.
Meski demikian, bukan tidak boleh mendapatkan kedudukan sepanjang itu untuk amar makruf nahi mungkar. "Agungkan agama Allah dengan jabatan, gelar yang dipunyai, bukan untuk hawa nafsu atau untuk kepentingan pribadi, ini yang sulit," tegasnya.
Siapa saja yang telah dapat merasakan kelezatan ilmu dan pengamalannya, maka dia tidak akan begitu tertarik dengan urusan popularitas dan kemegahan duniawi.
"Kelezatan ilmu itu sangat dahsyat, membuat orang yang mempelajarinya semakin haus dan lapar untuk mengetahuinya, sama halnya seperti seorang ibu yang kehilangan anak semata wayangnya akan terus berusaha mencarinya kemana saja walau harus menghadapi berbagai rintangan," jelasnya.
Tgk Mahfudh juga mengungkapkan, saat ini sangat banyak para penuntut ilmu di pusat-pusat ilmu yang cerdas, tapi belum bisa merasakan kelezatan ilmu. Hal itu karena terbiasanya hidup dalam kemaksiatan kepada Allah.
"Perumpamaan orang yang ingin berhasil dalam kelezatan ilmu tapi masih larut dalam maksiat, seperti orang yang ingin panen tapi tidak mau menanam. Barang siapa yang tidak bisa mengontrol matanya dari kemaksiatan, tidak ada kelezatan ilmu. Karenanya, mari kita tinggalkan maksiat jika ingin meraih kelezatan ilmu," sebutnya.
Foto: Tgk. Mahfudh Muhammad, MA saat mengisi pengajian KWPSI, Rabu (4/5) malam.
Tidak ada komentar: