Jangan Terlalu Mudah Membid'ahkan dalam Islam
kwpsi.org - Setiap umat Islam diharapkan agar tidak terlalu mudah dan gampang mengklaim sesuatu perbuatan yang dilakukan seseorang muslim itu sebagai hal yang bid'ah atau mengada-ada dalam beragama dengan tudingan sesat.
Karena ada kalanya, sesuatu yang dilakukan itu sama sekali tidak terkait dengan ibadah mahdhah karena tidak ada rukun dan syaratnya yang harus diikuti, tapi menjadi suatu tradisi dan kebiasaan yang telah berlaku di masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.
Demikian disampaikan Ustaz H. Mizaj Iskandar Usman Lc, MA, Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (2/9) malam.
"Jangan sampai kita terlalu gampang membid'ahkan dan menuding sesat sesuatu perbuatan baru dilakukan umat Islam, yang kadang tidak terkait dengan ibadah, hanya sebatas tradisi dan kearifan lokal di satu daerah yang dianggap baik," kata Ustaz Mizaj.
Ia juga menyinggung perbedaan mendasar antara ibadah dan tradisi di tengah umat Islam. Ibadah adalah segala perbuatan yang mutlak harus memenuhi rukun dan syarat yang sama dimanapun berada, yang jika tanpa itu, tidak sah suatu ibadah. Sedangkan tradisi adalah segala perbuatan yang tidak diikat oleh rukun dan syarat, dan berlaku di satu daerah, dan tidak ada di daerah lainnya.
Misalnya ibadah mahdhah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji itu jelas ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muslim dimanapun dia berada, sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan tidak boleh ditambah-tambah yang baru.
Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-quran maupun As-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
Sementara ada sesuatu tradisi baru yang juga bertujuan ibadah ghairu mahdhah dilaksanakan oleh umat Islam di daerah tertentu seperti halnya tradisi maulid Nabi Muhammad, shalawat, zikir dan tahlil, berdakwah, dan lainnya yang mudah ditemukan di Aceh, itu jangan sampai dianggap bid'ah karena bukan sesuatu ibadah yang ada rukun dan syarat sahnya.
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukannya. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah (sesat).
Pada pengajian KWPSI tersebut, Ustaz Mizaj yang juga Staf Pengajar Ruhul Islam Anak Bangsa ini juga memaparkan tentang fitnah akhir zaman yang telah diprediksi oleh Rasulullah.
Sementara ada sesuatu tradisi baru yang juga bertujuan ibadah ghairu mahdhah dilaksanakan oleh umat Islam di daerah tertentu seperti halnya tradisi maulid Nabi Muhammad, shalawat, zikir dan tahlil, berdakwah, dan lainnya yang mudah ditemukan di Aceh, itu jangan sampai dianggap bid'ah karena bukan sesuatu ibadah yang ada rukun dan syarat sahnya.
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukannya. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah (sesat).
Pada pengajian KWPSI tersebut, Ustaz Mizaj yang juga Staf Pengajar Ruhul Islam Anak Bangsa ini juga memaparkan tentang fitnah akhir zaman yang telah diprediksi oleh Rasulullah.
Dunia menjadi kacau-bilau sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliah modern mendominasi kehidupan. Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan bimbingan wahyu Ilahi, melainkan hawa nafsu peribadi dan kelompok. Pada babak inilah tegaknya Sistem Dajjal. Berbagai lini kehidupan ummat manusia diatur dengan Dajjalic values (nilai-nilai Dajjal). Segenap urusan dunia dikelola dengan nilai-nilai materialisme-liberalisme-sekularisme, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, mediks, pertahanan-keamanan, militer bahkan keagamaan. Masyarakat kian dijauhkan dari pola hidup Islam.
"Fitnah akhir zaman itu suatu ujian, ibtilak yang dihadapi generasi akhir zaman yang tidak pernah ditemui zaman sebelumnya atau dikenal peradaban tidak bertuhan. Zaman dulu selalu dikirim nabi jika umat sudah kacau balau dan chaos untuk memperbaiki umat yang rusak. Seperti diturunkan Nabi Musa, Luth, Nuh, Isa, lalu selesai masalahnya.
Tapi setelah Nabi Muhammad tak ada nabi lagi. Tidak ada solusi lagi dari langit atau Allah.
Tugas selesaikan masalah yang ada sama kita sendiri, hanya ada tinggal pedoman Al-quran Hadits. Tapi baca Al-quran butuh akal dan ilmu," ungkap Mizaj.
Pencerahan yang sangat bagus.
BalasHapus