Perlu Komitmen Kuat Implementasikan Syariat Islam
KWPSI.org, Banda Aceh - Upaya mewujudkan implementasi nilai-nilai syariat Islam dalam berbagai segi kehidupan masyarakat maupun pemerintahan di Aceh tidak hanya cukup dengan perkataan dan tampilan dalam bentuk seremonial belaka.
Lebih jauh dari itu, ajaran syariat Islam akan terwujud dengan nyata di tengah masyarakat jika ada komitmen kuat dan keseriusan secara sungguh-sungguh dari semua pihak khususnya pemerintah dan diikuti oleh pribadi-pribadi masyarakatnya secara ibda' binafsih.
"Yang perlu kita sadari, bahwa nilai-nilai syariat Islam dalam masyarakat Aceh baru akan terwujud, jika ada usaha sungguh-sungguh dan terus menerus dengan komitmen kuat dalam kehidupan sehari-hari dari diri kita masing-masing, serta keseriusan pemerintahan kita," ujar Ketua Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi) Provinsi Aceh, Dr. M. Yasir Yusuf, MA.
Hal itu disampaikannya saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (29/4) malam. Pengajian tersebut membahas tema, "Kebijakan Publik Berbasis Syariah"
Menurut Ustaz Yasir, jangan pernah berharap syariat akan tegak di Bumi Serambi Mekkah ini, jika kita sendiri tidak serius dan terkesan main-main dengan syariat Allah. Mengimplementasikan syariat ini juga tidak boleh secara sesaat, tapi harus menjalankannya dengan komit dan terus menerus sampai kapanpun.
Ia mengisahkan, Nabi Adam AS tergelincir dan keluar dari surga dulu karena tidak komit untuk meninggalkan perintah Allah Swt agar tidak mendekati pohon khuldi apalagi jika sampai memakannya.
"Awalnya, Nabi Adam tidak terpengaruh sedikitpun dengan bujuk rayu iblis untuk memakan buah khuldi karena telah dilarang, tapi karena iblis terus-menerus menggoda Nabi Adam dengan berbagai cara dan tipu daya, akhirnya Adam tidak mampu lagi menjaga komitmennya yang selama ini dipegang dengan kuat untuk menjauhkan larangan Allah. Sehingga Nabi Adam yang sebelumnya berada di syurga terpaksa harus keluar dari syurga karena tidak komit lagi," ungkapnya.
Ditambahkannya, begitu juga dengan keinginan umat Islam dalam mengimplementasikan nilai-nilai syariat Islam, mencari keridhaan Allah dan tentunya berharap syurganya Allah, tidak akan pernah bisa dicapai tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan komitmen kuat secara menerus dijaga oleh setiap pribadi muslim.
"Nabi Adam yang ada dalam syurga, tapi karena tidak komit dengan satu larangan Allah, akhirnya terusir dari surga. Masak kita yang tidak komit dengan perintah Allah dan larangan-Nya dan sering mengabaikan syariat-Nya, tapi masih berani meminta masuk surga? Masuk surga itu tidak gampang dan perlu kerja keras," terangnya.
Dr. Yasir Yusuf juga merasa prihatin dengan masih banyaknya orang-orang yang mengaku muslim tapi begitu mudah meninggalkan shalat. Cukup banyak orang Islam di negeri ini yang tidak tersentuh hatinya menuju ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah saat mendengar kumandang azan, bahkan masih asyik bercengkerama di warung kopi maupun di perkantoran pemerintah.
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-Raniry ini juga mengupas tentang minimnya kebijakan publik yang berbasis syariah dalam mendukung tegaknya syariat Islam di provinsi ini. Parahnya lagi, jika ada satu dua kebijakan yang pro syariat, tapi masih minim sekali implementasinya di tengah masyarakat.
Ia mencontohkan, hal kecil saja seperti pengambil kebijakan masih lebih mementingkan ruang khusus untuk perokok di tempat-tempat umum, dibandingkan menyiapkan tempat khusus bagi ibu-ibu menyusui untuk bayinya agar tidak terbuka auratnya.
Begitu juga dengan kebersihan masjid-masjid, ekonomi syariah bebas riba, pendidikan Islami, pelayanan publik yang dipermudah, infrastruktur pro syariah maupun larangan dan pencegahan transaksi yang curang di pasar dan tempat-tempat aktivitas ekonomi.
Pada kesempatan tersebut, Ustaz Yasir juga mengungkapkan pondasi Islam yang menjadi dasar bagi setiap umatnya. Jika pondasi itu tidak kuat atau bahkan tidak ada maka niscaya hidup kitapun akan jauh dari kebenaran. Ketiga pondasi yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlaq.
Kedudukan aqidah dalam ajaran Islam sangat penting, karena tanpa aqidah Islam tidak dapat ditegakkan. Substansi dari aqidah adalah keimanan, sebagaimana terangkum dalam Rukun Iman. Seseorang yang telah mengaku beriman, selanjutnya diminta menjaga keimanannya dan akan terlihat melalui tindakan nyata melalui kesanggupannya untuk mematuhi ketentuan syariah yang ditetapkan Allah SWT.
Selanjutnya syariah yang artinya jalan yang ditempuh atau garis yang seharusnya dilalui. Maksudnya pokok – pokok aturan hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim dalam menjalani segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia.
Islam bukan agama sejarah, maka Islam tidak tunduk oleh perubahan zaman, dalam syariah misalnya, hukum – hukum Islam bersifat final. Khamar dan riba haram sejak abad ke- 7 dan tetap haram sampai kiamat. Begitu juga sholat itu diwajibkan kapan saja, meskipun zaman berubah.
Yang terakhir menjadi dasar pondasi Islam adalah akhlaq. Akhlaq dalam Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, Rasul, sesama manusia dan alam serta dengan diri kita sendiri. Dan akhlaq juga sangat penting yang harus ada dan melekat pada seorang muslim. Kesesuaian dan keselarasan antara aqidah, syariah, dan akhlaq dapat kita lihat dalam hadits Rasul. "Tidak beriman orang yang tertidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya tudak bisa tidur karena lapar. " (HR. Bukhari dan Al – Hakim).
Tidak ada komentar: