Ikuti Kajian Islam KWPSI
Setiap Rabu, Pk.21.00-23.00

Live di FB KWPSI

Antara Pengaruh Sihir dan Aliran Sesat di Aceh

 
Banda Aceh, KWPSI - Walaupun berbasiskan syariat Islam, ternyata Aceh masih digentayangi oleh maraknya pengguna ilmu hitam atau sihir. Sihir yang menggunakan bantuan jin tersebut dimaksudkan untuk menyakiti orang lain atau mempercepat sampainya suatu keinginan.
 
“Masalah sihir banyak terjadi di Aceh,” kata Pimpinan Dayah Babussalam Tgk Chik Di Tu Salafiyah, Gampong Tu, Panteraja, Pidie Jaya, Tgk Mukhlis Yakob saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (4/2) malam.‎
 
Tgk Mukhlis menambahkan bahwa tidak sedikit kalangan masyarakat yang menjadi korban guna-guna. Misalnya, ada dugaan pasien terkena penyakit hernia. Setelah dibawa ke seluruh ahli medis tidak kunjung sembuh. Namun, setelah dilakukan ruqyah sesuai syariat Islam, pasien kembali sehat seperti sedia kala.
 
“Ruqyah harus dipelajari secara umum (masyarakat) untuk melawan dukun,”pungkasnya.
 
Sementara itu, Aceh juga masih dihantui oleh maraknya aliran sesat. Ia menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa pengikut aliran sesat terpengaruhi oleh tipu daya syaitan  dalam tubuhnya. Maka, mereka perlu diruqyah agar tidak lagi terjebak dalam kesesatan. Misalnya, pengikut aliran sesat Gafatar.
 
Meski demikian, praktek ruqyah yang tidak sesuai syariat Islam banyak juga terjadi. Ruqyah tersebut menggunakan bacaan-bacaan selain ayat Al-Quran. Bahkan pelaku praktek tersebut menggunakan pakaian persis seperti ustadz-ustadz pada umumnya.
 
“Ahli ruqyah dan ahli medis tidak boleh ego. Jika pasien tidak sembuh dengan ruqyah maka dibawa ke ahli medis. Begitu juga sebaliknya. Tetapi, kita tetap harus meyakini bahwa Al-Quran merupakan obat segala macam penyakit,” katanya.
 
Para ulama sepakat membolehkan Ruqyah dengan tiga syarat. Pertama, dengan mempergunakan firman Allah ( ayat-ayat Al-Quran ) atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Kedua, mempergunakan Bahasa Arab atau bahasa yang dapat difahami maknanya. Ketiga, berkeyakinan bahwa zat Ruqyah tidak berpengaruh apa-apa kecuali atas izin Allah SWT.
 
Tatkala melakukan Ruqyah hendaknya diperhatikan ketentuan‎, Ruqyah tidak mengandungi unsur kesyirikan. Ruqyah tidak mengandungi unsur sihir.
Ruqyah bukan berasal dari dukun, paranormal, tukan telek dan orang-orang yang segolongan dengan mereka, walaupun secara zahir mereka memakai sarban, jubah dan sebagainya.
 
Kerana bukan penampilan yang menjamin seseorang itu terbebas dari perdukunan, sihir dan kesyirikan. Ruqyah tidak mempergunakan ungkapan yang tidak bermakna atau tidak difahami maknanya, seperti tulisan abjad atau tulisan yang tidak difahami.
Ruqyah tidak dengan cara yang diharamkan seperti dalam keadaan junub, di kuburan, di kamar mandi, di bilik yang gelap dan sebagainya. Ruqyah tidak mempergunakan ungkapan yang diharamkan, seperti celaan, cacian, laknat dan lain-lainnya.
 
Di samping itu, Tgk Mukhlis prihatin terhadap acara di televisi yang mempertontonkan aksi mengunjungi daerah yang angker. Turut hadir dalam acara itu lelaki lengkap dengan emblem ustadz. Padahal, secara jelas ia menggunakan sihir agar maksud dan tujuan dalam acara itu tercapai.
 
Ia menjelaskan bahwa belum ada dalil yang pasti asal mula munculnya sihir. Namun, berdasarkan sejarah, pada masa Nabi Sulaiman dan Nabi Musa permasalahan sihir ini sudah berkembang. Masa Sulaiman, kaum jin masih bisa menaiki langit dan mencuri rahasia di sana dari malaikat. Rahasia itu disampaikan kepada ahli nujum.
 
“Waktu Nabi Muhammad naik ke langit, saat itulah jin tidak bisa lagi naik ke langit,” papar Tgk Mukhlis.
 
Umumnya, pengunaan sihir di Aceh memiliki kemiripan dengan masa sihir pada masa Nabi Sulaiman. Yakni untuk mencelakai orang lain dan mempercepat sampai suatu keinginan.
 
Hal ini menggolongkan mereka kepada kekufuran. Akan tetapi, sihir yang menggunakan manusia hanya sebatas media informasi hanya tergolong kepada dosa besar.
 
Hadir dalam pengajian itu Direktur Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, dr. Fachrul Jamal. Ia mengatakan bahwa alangkah baiknya dokter di rumah sakit bisa meruqyah sekaligus menangani pasien secara medis.
 
Sebab, manusia terdiri dari fisik dan jiwa. Penyembuhan fisik seperti tumor disembuhkan secara medis. Sedangkan permasalahan kejiwaan bisa dicoba dengan metode penyembuhan ruqyah.
 
“Saat manusia kehilangan nyawanya, jiwa manusia berpisah dengan fisiknya,” tuturnya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.