Ketua MPU Pijay: Pejuang Syariat Biasa Diejek
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Para penegak syariat Islam di mana saja, termasuk di Aceh kerap menerima risiko berupa ejekan dan pelecehan yang tidak menyukai berlakunya aturan Islam dalam kehidupan seperti muamalah, akhlak, ibadah dan aturan hukum Islam lainnya.
Hal itu diungkapkan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Pidie Jaya, Drs Tgk H Muhammad Nur Hasballah, saat mengisi pengajian dan diskusi rutin bersama Kaukus Wartawan ini Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (3/9) malam.
Ia juga mengatakan, implementasi penerapan aturan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Aceh saat ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, tapi membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua pihak untuk mendukungnya. Hal itu antara lain, disebabkan terlalu lama masyarakat di Aceh berada jauh di luar aturan syariat.
"Harus kita akui, begitu sukar menerapkan syariat Islam secara kaffah di tengah masyarakat Aceh saat ini. Itu karena masyarakat dan pemerintah kita sudah telanjur berbuat di luar aturan Islam, sehingga implementasi syariat juga kerap terabaikan," ujarnya.
Pengajian yang mengambil tema "Memelihara Amanah" ini dihadiri para wartawan anggota KWPSI, kalangan santri dayah, mahasiswa, masyarakat umum, pengusaha, serta peneliti dari Univesitas Islam Antara Bangsa, Malaysia yang juga turut hadir.
Menurut Nur Hasballah, akibat terlalu lama masyarakat hidup di luar aturan Islam, maka muncul tantangan dari beberapa kelompok yang menganggap syariat Islam itu tidak begitu penting diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
"Tapi kita jangan pernah menyerah dalam mewujudkan tegaknya syariat Islam ini. Terus berusaha sekuat tenaga dengan penuh keikhlasan sambil berharap pertolongan Allah SWT. Karena tantangan yang kita hadapi saat ini, tidak seberapa dibandingkan cobaan yang dihadapi oleh nabi dan pejuang Islam sebelumnya yang hidup miskin, terhina, sakit berat, dan kerap mengalami penyiksaan," sebutnya.
Nur Hasballah mencontohkan kesulitan penerapan syariat Islam di Aceh karena masyarakatnya tidak terbiasa dengan syariat, seperti yang pernah dialami oleh negara Iran saat runtuhnya kekuasaan pemerintahan sekuler Shah Iran, Reza Pahlevi dan timbulnya revolusi Islam Iran tahun 1979.
Saat itu, Ayatullah Khomeini juga mengalami kesulitan sampai harus berperang untuk mengembalikan kehidupan masyarakat Iran sesuai ajaran Islam, karena sebelumnya masyarakat sudah terbiasa hidup sekuler di luar syariat Islam. "Seperti di Iran, itu Ayatullah Khomeini saat itu juga dapat kendala dan tantangan luar biasa untuk mengembalikan kejayaan syariat Islam. Setelah berjuang keras, akhirnya berhasil juga. Jadi tidak boleh putus asa pada rahmat Allah. Di ujung perjuangan pasti berhasil," terangnya.
Ketua MPU Pidie Jaya ini juga mengapresiasi kepedulian KWPSI yang selama ini banyak memberikan perhatian pada upaya-upaya penegakan syariat Islam secara kaffah dalam berbagai bidang kehidupan. "Yang namanya kebajikan banyak tantangan, di balik kesabaran akan ada kemenangan. Berusahalah terus dengan penuh keikhlasan, hasilnya serahkan pada Allah karena syariat Islam bukan milik manusia, tapi milik Allah," jelasnya.
Ia juga mengungkapkan, terkendalanya syariat Islam secara kaffah selama ini karena umat Islam yang lebih mementingkan kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akhirat.
"Sekarang ini masyarakat kita tidak lagi peduli halal haram dalam mencari rezeki, makan riba menjadi kebiasaan sehingga menjadi malas beribadah. Begitu juga dengan pemimpin kita yang tidak lagi amanah terhadap kepercayaan rakyat," ungkapnya.
Disebutkannya, menjaga amanah yang diberikan Allah seperti mata, telinga, kaki dan mulut merupakan kewajiban setiap muslim untuk raih kemenangan dunia dan akhirat. Begitu juga dengan amanah harta, anak, ilmu, umur semua akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. (rel)
Tidak ada komentar: