Ini Penyebab Hancurnya Suatu Negeri
inet |
BANDA ACEH - Kehancuran suatu negara disebabkan lima hal yang abai diperhatikan oleh rakyat yang mendiami negerinya. Penguasa angkuh menjadi salah satu faktor sebuah negara lebih cepat menuju kebangkrutan dan kehancuran.
Demikian dikatakan Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof Rusjdi Ali Muhammad, Rabu (29/10) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Kupi Luwak Rumoh Aceh, Jeulingke, Banda Aceh. Pada pengajian tersebut, Prof Rusjdi Ali Muhammad lebih banyak mengupas isi Al-Qur’an surat Ghafir ayat 36-37, surat Al-A’raf ayat 176 dan beberapa surat lainnya yang mengingatkan kehancuran umat terdahulu masa Fir’aun dan kaum Bani Israil.
Dijelaskannya, ada lima penyebab kehancuran suatu negeri menurut Al-Qur’an karena ada lima golongan yang ingkar dan tidak patuh pada perintah Allah. Pertama, penguasa yang angkuh seperti halnya yang pernah terjadi pada Fir’aun masa Bani Israil dulu. Selain bersikap sombong dan zalim kepada rakyatnya, Fir’aun juga mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Kedua, kata Rusjdi, intelektual atau golongan cendikiawan yang selalu menjilat penguasa agar diberi jabatan. “Kaum intelektual yang berada di samping penguasa itu harus selalu bersikap kritis dan selalu mengingatkan penguasa untuk berada di jalan yang benar, jangan menjadi penjilat penguasa yang salah jalan agar diberi jabatan,” sebutnya.
Hal ketiga yang membawa kehancuran adalah ulama yang jahat (su’) dan tidak bersikap tegas dan kritis untuk mengingatkan penguasa yang salah. “Ulama jangan seperti Syekh Bal’am di masa Fir’aun. Jangan sampai diam terhadap penguasa yang salah karena sudah dikasih sesuatu oleh penguasa. Ulama juga jangan tergantung pemerintah, tapi harus independen. Karena kalau ada ulama su’, bagaimana suatu negeri mau maju,” ungkap Prof Rusjdi.
Keempat, pengusaha atau orang kaya yang kikir dan jahat seperti Qarun karena ingkar kepada perintah Allah. “Qarun itu dulu waktu miskin taat kepada Allah, namun setelah kaya justru ingkar kepada Allah,” jelasnya.
Golongan kelima yang membawa kehancuran suatua negeri, menurut Rusjdi adalah rakyat yang malas, penakut, dan tidak kreatif. “Rakyat itu harus mau bekerja keras untuk hal-hal yang baik, mendukung penguasa pada hal-hal yang benar. Seperti disuruh bekerja dan belajar, jangan malas,” terangnya.
Ia juga menegaskan, masyarakat Aceh diharapkan jangan sampai pesimis dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) yang kini berlaku di provinsi itu, asalkan semuanya bersungguh-sungguh melaksanakannya.
“Sikap optimis dan konsisten dalam menjalankan syariat Islam ini harus benar-benar dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pemerintah di Aceh,” ujarnya.
Menurut Prof Rusjdi yang juga mantan Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh ini, sikap pesimis apalagi sampai merasa sinis dengan syariat ini, justru akan membuat kita semakin jauh dari aturan syariat Islam tanpa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Jangan pesimis dengan syariat ini. Seolah-olah semuanya sudah hancur dan tidak ada lagi orang-orang baik yang hidup di akhir zaman seperti ini. Padahal di setiap zaman itu sejak dulu sampai sekarang ada orang baik yang selalu berada dan konsisten di jalan syariat dan mendapat pertolongan Allah karena sikap optimisnya,” jelas mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.
Namun, Tuhan juga tak cukup dengan berharap-harap saja tanpa berusaha dan berdua. “Kerja dan berdoa terus untuk mencapai tujuan,” sebutnya.
Pengajian yang diikuti kalangan wartawan KWPSI, mahasiswa, akademisi, santri, pengusaha dan aktivis tersebut juga turut dihadiri Kepala Biro Humas Setda Aceh, Dr Mahyuzar, Anggota DPR Aceh, Bardan Sahidi dan tokoh masyarakat lainnya. (ari)
Demikian dikatakan Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof Rusjdi Ali Muhammad, Rabu (29/10) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Kupi Luwak Rumoh Aceh, Jeulingke, Banda Aceh. Pada pengajian tersebut, Prof Rusjdi Ali Muhammad lebih banyak mengupas isi Al-Qur’an surat Ghafir ayat 36-37, surat Al-A’raf ayat 176 dan beberapa surat lainnya yang mengingatkan kehancuran umat terdahulu masa Fir’aun dan kaum Bani Israil.
Dijelaskannya, ada lima penyebab kehancuran suatu negeri menurut Al-Qur’an karena ada lima golongan yang ingkar dan tidak patuh pada perintah Allah. Pertama, penguasa yang angkuh seperti halnya yang pernah terjadi pada Fir’aun masa Bani Israil dulu. Selain bersikap sombong dan zalim kepada rakyatnya, Fir’aun juga mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Kedua, kata Rusjdi, intelektual atau golongan cendikiawan yang selalu menjilat penguasa agar diberi jabatan. “Kaum intelektual yang berada di samping penguasa itu harus selalu bersikap kritis dan selalu mengingatkan penguasa untuk berada di jalan yang benar, jangan menjadi penjilat penguasa yang salah jalan agar diberi jabatan,” sebutnya.
Hal ketiga yang membawa kehancuran adalah ulama yang jahat (su’) dan tidak bersikap tegas dan kritis untuk mengingatkan penguasa yang salah. “Ulama jangan seperti Syekh Bal’am di masa Fir’aun. Jangan sampai diam terhadap penguasa yang salah karena sudah dikasih sesuatu oleh penguasa. Ulama juga jangan tergantung pemerintah, tapi harus independen. Karena kalau ada ulama su’, bagaimana suatu negeri mau maju,” ungkap Prof Rusjdi.
Keempat, pengusaha atau orang kaya yang kikir dan jahat seperti Qarun karena ingkar kepada perintah Allah. “Qarun itu dulu waktu miskin taat kepada Allah, namun setelah kaya justru ingkar kepada Allah,” jelasnya.
Golongan kelima yang membawa kehancuran suatua negeri, menurut Rusjdi adalah rakyat yang malas, penakut, dan tidak kreatif. “Rakyat itu harus mau bekerja keras untuk hal-hal yang baik, mendukung penguasa pada hal-hal yang benar. Seperti disuruh bekerja dan belajar, jangan malas,” terangnya.
Ia juga menegaskan, masyarakat Aceh diharapkan jangan sampai pesimis dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) yang kini berlaku di provinsi itu, asalkan semuanya bersungguh-sungguh melaksanakannya.
“Sikap optimis dan konsisten dalam menjalankan syariat Islam ini harus benar-benar dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pemerintah di Aceh,” ujarnya.
Menurut Prof Rusjdi yang juga mantan Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh ini, sikap pesimis apalagi sampai merasa sinis dengan syariat ini, justru akan membuat kita semakin jauh dari aturan syariat Islam tanpa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Jangan pesimis dengan syariat ini. Seolah-olah semuanya sudah hancur dan tidak ada lagi orang-orang baik yang hidup di akhir zaman seperti ini. Padahal di setiap zaman itu sejak dulu sampai sekarang ada orang baik yang selalu berada dan konsisten di jalan syariat dan mendapat pertolongan Allah karena sikap optimisnya,” jelas mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.
Namun, Tuhan juga tak cukup dengan berharap-harap saja tanpa berusaha dan berdua. “Kerja dan berdoa terus untuk mencapai tujuan,” sebutnya.
Pengajian yang diikuti kalangan wartawan KWPSI, mahasiswa, akademisi, santri, pengusaha dan aktivis tersebut juga turut dihadiri Kepala Biro Humas Setda Aceh, Dr Mahyuzar, Anggota DPR Aceh, Bardan Sahidi dan tokoh masyarakat lainnya. (ari)
serambinews.com
Tidak ada komentar: